Senin, 17 Oktober 2011

HiDup... untuK HiduP



ketika kita hiduP...........
maka akan banyak tantangan dan rintangan yang kita hadapi...
ApAkah itu senang??
apakah itu susah,,,,??
segala sesuatunya mempunyai makna dan tujuan...

hidup bagaikan sepercik air dan sungai yang mengalir....
seberapa jauh....???
seberapa dalam...???
tak bisa dipastikan

Apakah itu hidup???
apa tujuanmu hidup??
mungkin kita mempunyai mimpi yang ingin kita capai....
apakah itu>?
jawab dalam hati masing-masing
karena............
kita hidup untuk melanjutkan kehidupan
sekarang, nanti dan hingga akhir zaman..

..............................

Senin, 18 Juli 2011

ALAT MUSIK


Gitar adalah suatu alat musik tradisional Spanyol sehingga dipercaya bahwa alat musik petik ini berasal dari spanyol. Tapi ada juga yang mengatakan bahwa sejarah gitar dimulai jauh sebelum Masehi yaitu pada jaman Babilonia. Pada awalnya alat musik ini bentuknya kecil dan memiliki empat dawai yang masing – masing berpasangan.
Selama jaman Renaissance, alat musik gitar tidak populer dan tidak diminati masyarakat. Namun setelah Alonso Mudarra mulai memperkenalkan alat musik ini melalui karya-karyanya maka dengan segera orang-orang mulai tertarik untuk mendengarkan dan memainkan gitar. Dan pada saat itu gitar mulai populer dikalangan masyarakat.
Pada abad 17 atau periode Baroque dawai (string) gitar ditambahkan menjadi lima yang masing-masing berpasangan, ini memungkinkan para pemain memainkan musik yang lebih kompleks dan luas.
Quote:
Pada akhir abad 17 dua perubahan penting dibuat pada alat musik ini yaitu: 1. Sebelumnya tiap-tiap dawai berpasangan (ganda) maka sekarang digantikan oleh senar tunggal.
2. Sebelumnya memiliki lima senar maka sekarang ditambahkan menjadi 6 senar tunggal yang dipakai hingga hari ini.
Periode klasik sekitar tahun 1750-1775 banyak melahirkan komposer-komposer gitar terkenal diantaranya Fernando Sor, Mauro Giuliani, Matteo Carcassi, D. Aguado dan Fernando Carulli. Mereka menulis musik dan sering mengadakan konser-konser gitar di berbagai tempat. Pada saat itu alat musik gitar sangat populer dan diminati banyak orang.
Selain itu ada juga Nicolo Paganini yang selain pemain biola terkenal juga pemain gitar yang karya-karyanya masih sering didengar sampai sekarang.
Pada akhir abad 19 instrumen gitar mengalami penurunan dan banyak orang tidak mengenal alat musik ini, tapi kemudian di populerkan kembali oleh Francisco Tarrega yang adalah komposer besar gitar klasik. Banyak karya-karya musiknya menjadi sangat terkenal antara lain: Recuerdos de la Alhambra, Estudio Brillante, Capricho Arabe dan masih banyak lagi.
Ia juga banyak menulis dan menyusun suatu metode/sistem untuk pengajaran gitar dan metode pengajarannya ini menjadi standar pengajaran pada pelajaran gitar klasik sampai sekarang. Ia juga banyak mengajar dan tidak sedikit dari muridnya yang menjadi komposer besar seperti dirinya diantaranya adalah Miguel Liobet.
Di samping komposer-komposer gitar ada juga seorang desainer gitar yang berjasa dalam perkembangan alat musik ini yaitu Luthier Antonio Torres. Ia mencoba menambah ukuran gitar dan mencoba meningkatkan bunyi gitar agar lebih keras dan selaras.
Ia banyak menyempurnakan bentuk gitar, dia membuat leher gitar lebih lebar dan lebih tipis dari pada bentuk gitar sebelumnya. Ia juga membuat standar dawai gitar dengan ukuran panjang 65 cm yang sampai sekarang masih di pakai. Dari hasil eksperimennya ini maka gitar yang dibuatnya ini merupakan standar gitar modern yang dipakai sampai sekarang. Selain Torres, sebelumnya juga ada seorang yang bernama stradivarius yang selain terkenal membuat biola juga mahir membuat gitar.
Pada tahun 1946 dawai/senar gitar yang sebelumnya terbuat dari Gut (tali yang terbuat dari usus binatang) digantikan dengan dawai yang terbuat dari nylon (string nylon). Dengan memakai string nylon maka suara yang dihasilkan lebih besar dan lebih bagus.
Alat musik gitar terus berkembang sampai sekarang dan sudah menjadi instrumen dunia. Jumlah para pemain, pengajar, komposer, dan pembuat gitar saat ini sangat banyak, sekolah-sekolah dan tempat kursus gitar juga mudah ditemui disetiap tempat bahkan sekarang juga terdapat majalah-majalah yang khusus membahas tentang gitar. Karena perkembangan ilmu dan teknologi begitu pesat, instrumen gitar juga terkena imbasnya dan sekarang kita telah mengenal yang namanya Gitar Listrik (Electric Guitar).
Sejarah Gitar Listrik
Sejarah gitar listrik bermula pada tahun 1930, ketika seorang yang bernama George Beauchamp mulai mencari cara untuk menambah volume gitar. Diketahui jika suatu kawat di beri gaya medan magnet maka dapat menciptakan arus listrik. Atas dasar pemikiran ini Ia meneliti dan mengadakan suatu percobaan dengan jarum Gramopon (pada dasarnya teknologi ini bisa didapati pada motor-motor listrik, generator, jarum gramopon, radio dan mic). Ia percaya bahwa jika dawai gitar digetarkan dekat medan magnet akan bisa diubah menjadi arus-arus listrik dan kemudian dikonversi kembali menjadi gelombang suara melalui speaker.
Setelah percobaan berbulan-bulan dan bekerja sama dengan Paul Barth maka terciptalah pickup pertama yang sederhana terdiri dari 6 kutub dan tiap-tiap kutub untuk masing-masing dawai. Pickup berisi kumparan yang digulung rapi. Menurut ceritanya, Ia mengambil kumparan itu dari mesin cuci dan melilitnya kembali dengan motor mesin jahit. Penemuannya ini sangat dihargai dan mendapatkan hak paten.

Selanjutnya seseorang yang bernama Lloyd Loar memperkenalkan gitar listrik yang modelnya berbentuk gitar Spanyol. Ia dianggap yang pertama kali membuat dan memasarkan gitar model ini. Ia telah banyak melakukan percobaan-percobaan ini mulai awal 1920 dan pada tahun 1933 mendirikan perusahaan dengan nama Vivi-Tone yang merupakan anak perusahaan dari Gibson Company.
Perusahaan ini memproduksi gitar listrik dengan bentuk gitar spanyol tapi dalam satu tahun perusahaan ini tidak berhasil. Dari kegagalan ini, akhirnya mengilhami Gibson Company untuk mencoba melanjutkan menciptakan gitar listrik. Dari usaha-usaha yang dilakukan maka terciptalah gitar listrik ES-150 yang nantinya menjadi perintis gitar-gitar listrik selanjutnya.
Sejarah gitar listrik berlanjut pada tahun 1933 pada saat Alvino Rey yang juga bekerja pada Gibson Company mengembangkan Pickup gitar listrik yang lebih baik selain kualitas suara bentuknya juga diubah.
Di balik Kesuksesan ES-150 masih didapati banyak kekurangan, karena badan gitar yang berongga maka getaran dari badan gitar juga ditangkap pickup sehingga ikut terdengar pada amplifier. Selain itu sering terjadi feedback dan suara-suara yang tak diinginkan. Karena itu seorang gitaris jazz terkenal Les Paul memperkenalkan solusi baru untuk membuat badan gitar padat dan tak berongga.
Pada akhirnya Ia sukses membuat gitar badan padat dan menghasilkan suara yang bagus tanpa feedback atau suara-suara yang tidak dikehendaki. Selain itu Ia menambahkan pickup pada badan gitarnya menjadi dua. Pada tahun 1946 Ia membawa gitarnya ini ke Gibson tetapi ditolak dengan alasan konsumen kurang tertarik dengan gitar badan padat. Ia merasa kecewa karena usaha yang ia rintis akhirnya gagal.
Tidak lama kemudian seorang yang bernama Leo Fender percaya bahwa gitar yang dibuat oleh Les paul dengan gitar badan padatnya akan banyak diminati oleh para konsumen. Akhirnya pada tahun 1943 ia membuat gitar badan padat yang terbuat dari kayu pohon Ek dan menyewakannya kepada para musisi agar mendapat banyak dukungan. Akhirnya pada tahun 1949 Leo Fender mendapatkan kesuksesannya dengan model gitar badan padatnya dan mendapatkan penghargaan.
Melihat kesuksesan Leo Fender dengan gitar badan padatnya maka Gibson Company Akhirnya kembali melihat contoh gitar Les Paul dan mendisainnya ulang. Pada tahun 1952 diputuskan untuk memproduksi gitar badan padat dan menjadi suatu standar industri. Walaupun inspirasinya datang dari Les Paul gitar Gibson yang sekarang kita kenal dinamai menurut nama perusahaannya.
Pada tahun 1961 Ted McCarty memperkenalkan ES-335 suatu gitar semi-hollow yaitu gabungan antara gitar berongga dan gitar badan padat. Dengan cepat gitar ini menjadi populer digunakan para gitaris-gitaris jazz diantaranya adalah BB King dan Chuck Berry.
Gibson dan Fender adalah perusahaan pembuat gitar yang telah berjasa mengembangkan instrumen ini khususnya gitar listrik dengan disain-disain yang futuristik. Keduanya sudah menjadi standar gitar bagi para musisi, seperti sekarang kita mengenal Gibson SG atau Fender Stratocaster.Setelah kedua perusahaan tersebut telah berhasil mengembangkan gitar listrik, maka mulailah banyak bermunculan perusahaan-perusahaan lain yang memproduksi gitar listrik sampai sekarang.



LAGU PUISI,MUSIC DARI SANUBARI.........

MENGAPA jika puisi kita dinyanyikan cenderung berkesan sendu dan bahkan seperti mencerminkan dunia yang suram? Pertanyaan itu sebetulnya tidak diperuntukkan pada musik sebagai bahasa pembentuk nyanyian, tetapi mempersoalkan kecenderungan puisi-puisi modern kita yang dipenuhi kemurungan di sana-sini. Setelah era Rendra dan kemudian Sutardji Calzoum Bachri tahun 1970-an sampai 1980-an, dimulai dari Sapardi Djoko Damono puisi-puisi yang lahir dari para penyair, seperti tak henti mendedahkan kemurungan.

Terakhir pada Kamis (6/12), cendekiawan dan penyair Mudji Sutrisno meluncurkan kumpulan puisi berjudul Rekah Lembah di Galeri Nasional Jakarta. Peluncuran itu dilengkapi dengan musikalisasi puisi yang menampilkan penyanyi-penyanyi kenamaan, seperti Syaharani dan Sita Nursanti. Setidaknya 12 puisi Mudji digubah ke dalam bentuk lagu yang kalau diperdengarkan seperti membenarkan pandangan pada awal tulisan ini.

Coba simak puisi berjudul “Sunyi” ini: //Aku lahir sendiri/meniti hari sepi/sunyi/tiap kali mengeja/kata hingga berbunyi/agar mati berarti//. Lalu perhatikan puisi lainnya yang berjudul “Di Depan Kematian”: //di depan kematian/kita diajak berhenti sejenak/menekuri hidup yang diselesaikan/mengingati jalanan musafir…//.

Pertanyaan paling dalam yang sedang berkecamuk sekarang ini seolah membenarkan sebuah dalil yang mengatakan: Jika kau ingin memahami suatu bangsa, pahamilah hati para penyairnya! Dan apakah yang sedang disuarakan para penyair kita? Barangkali tidak terlampau sulit menemukan tebaran puisi di berbagai media massa atau buku- buku yang berdebu di perpustakaan, yang di dalamnya menyuarakan tentang keputusasaan, kemalangan, penderitaan, kefrustrasian, nasib buruk, dan segala sesuatu yang berkonotasi suram.
Sejak kelompok penyanyi Bimbo melagukan puisi-puisi Taufik Ismail, kemudian tahun 1980-an sekelompok mahasiswa Universitas Indonesia menyanyikan puisi-puisi Sapardi Djoko Damono, dan diteruskan oleh begitu banyak musikalisasi puisi di daerah-daerah, nada murung dalam puisi selalu begitu dominan.

Mudji Sutrisno boleh beranggapan misinya menyanyikan puisi-puisinya untuk memunculkan satu perayaan bersama tentang keagungan, tentang permenungan, dan tentang segala kebaikan yang ada dalam puisi. Bahkan ia sungguh optimistis dengan musik ia bisa menarik minat remaja-remaja gaul untuk mengenal nilai kebaikan dari puisi. Tetapi ia lupa bahwa puisi-puisi yang kini ditulis dan bahkan belum ditulis oleh para penyair, justru menebarkan keputusasaan yang dalam. Sekali lagi kita baca puisi berjudul “Redup Gempa” yang dinyanyikan oleh Syaharani: //reruntuhan/tak bisa/berkisah lagi/mana limasan/mana joglo/mana rumah sembahyang…//manik manik sayu/matamu/kerontang air mata/sisa sisa patah/sia sia asa//.

Bukankah dalam setiap katanya dipenuhi oleh suara-suara manusia yang kehilangan harapan? Sejak kata “reruntuhan” sampai “sia sia asa”, tak sedikit pun memberikan harapan, apalagi kecerahan. Perayaan bersama, terutama keinginan melibatkan anak-anak remaja gaul, sebagaimana yang diharapkan Mudji Sutrisno, secara tanpa disadari telah menebarkan realitas yang putus asa, seakan masa depan terdiri dari kekalahan demi kekalahan.
Kejujuran
Pada sisi berbeda, karena puisi menyuarakan hati nurani, maka ia bergelimang kejujuran. Ketika para penata musik menangkap musikalitas dalam puisi, maka ia sebenarnya sedang berhadapan dengan kejujuran itu. Para penyair sebagai penangkap ide dan penyampai bahasa puisi, seakan sedang dikulitinya untuk menemukan sesuatu yang hakikat. Sekali lagi dalam kasus puisi-puisi modern Indonesia, para penata musik itu hanya akan berhadapan muka dengan keterpurukan, tak ada keliaran dan cahaya yang menebar optimisme.

Di situlah saatnya kita mengenal puisi secara benar. Bahwa apa yang disuarakan para penyair, bukan hanya representasi-representasi, tetapi sebuah jeritan realitas yang tak terpahami, lantaran melulu dirubung kesedihan. Pertanyaan yang menggayut kemudian memang condong mempersoalkan realitas sosial, ekonomi, politik, dan bahkan hukum yang sedang mengungkung manusia Indonesia. Realitas itu seperti baju besi yang tak gampang menguaknya. Tentu bahasan ini akan terlalu jauh kalau kita meneropong situasi sosial itu dalam kesempatan ini.
Hal yang terpenting untuk diketahui barangkali pertanyaan paling mendasar: mengapa para penyair kita melahirkan puisi-puisi yang pucat pasi? Sebagai manusia yang hidup dalam kancah sosial, penyair “dianugerahi” kepekaan dan rasa empati yang dalam untuk menyuarakan apa yang terjadi dan mengenai dirinya.

“Situasi yang terjadi di Indonesia sulit kita mengerti. Di tengah kegarangan politik dan korupsi, justru para penyairnya bersedih setiap hari,” tutur pemikir kebudayaan asal Perancis, Dr Jean Couteau.
Baiklah, apa pun itu, tentu para penyair tidak bisa dituntut “bertanggung jawab” terhadap apa yang mereka ekspresikan. Demikian pula halnya dengan para penata musik. Mereka bahkan “hanyalah” seorang penafsir yang berusaha tidak menyimpang dari apa yang mereka tangkap dalam puisi. Realitas sosial sebagai ibu kandung dari ide dan permenungan para penyair, itulah yang mesti dibenahi, sehingga menjadi inspirasi yang melahirkan manusia-manusia gembira, manusia-manusia penuh senyum, meski tak menghilangkan kekritisan mereka terhadap realitas sosial itu sendiri.

MUSIK PUISI

Musik Puisi adalah genre seni dalam seni pertunjukkan yang merupakan hasil
kolaborasi antara penyajian puisi dan musik. Belum ada kesepakatan atau konvensi resmi mengenai definisi musik puisi,meskipun begitu, musik puisi telah cukup lama eksis di dunia sastra dan seni Indonesia.

Musik Puisi bisa dibedakan menjadi 3 (tiga) kategori:

1. Musikalisasi Puisi: puisi yang disajikan secara musikal
2. Lagu Puisi: puisi yang dilagukan
3. Pembacaan Puisi dengan Iringan Musik Tokoh-tokoh Musik Puisi Indonesia: A. Emha Ainun Nadjib dan Kyai Kanjeng, menyajikan puisi-puisi karya Emha
Ainun Nadjib B. Freddy D. Arsie dan Sanggar Matahari,
menyajikan puisi-puisi karya beberapa
penyair Indonesia C. Ebiet G. Ade, menyajikan puisi-puisi karya Emily Dickinson dan penyair- penyair Indonesia.